Story Edelweiss - Sebuah perjalanan yang panjang, penuh dengan pertanyaan yang terlupakan. Kita berdua, entah bagaimana, terjebak dalam labirin emosi yang rumit. Aku selalu merasa ada yang tidak beres, tetapi aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku. Dan aku tahu, kamu juga merasakannya.
Kalau dari awal memang tidak ada rasa, harusnya kamu bisa bilang. Begitulah yang selalu aku katakan pada diriku sendiri. Kenapa begitu sulit untuk berbicara tentang perasaan? Apakah kita takut akan konsekuensinya? Atau apakah kita hanya ingin menjaga keseimbangan yang sudah terjalin begitu lama? Aku tidak tahu jawabannya, tapi aku tahu bahwa dengan tidak mengatakannya, kita telah menyulitkan diri sendiri.
Aku merasa terjebak dalam dunia di mana aku harus terus memperlakukanmu dengan cara yang menunjukkan bahwa aku peduli, bahwa aku tertarik padamu. Tapi dalam hatiku, aku tahu bahwa perasaan itu tidak sepenuhnya ada. Aku tahu ini tidak adil bagimu, dan aku berharap kamu bisa merasakannya. Aku tahu kamu bisa melihat melalui senyum palsuku, melalui tatapanku yang mencoba berbicara, tetapi hatiku tidak mengikuti. Dan aku menyesalinya.
Kalau dari awal memang tidak bisa bersama, harusnya kamu bisa bilang. Kita mungkin terlalu egois untuk mengatakan ini, terlalu takut akan dampaknya pada hubungan kita. Tapi aku belajar bahwa terkadang kita harus bersikap jujur pada diri sendiri dan pada orang lain. Terus bermain-main dengan perasaanmu bukanlah pilihan yang baik. Aku berharap aku bisa lebih berani untuk mengakui hal ini lebih awal.
Saat kita bersama, aku merasa seperti aku harus menjadi seseorang yang aku sebenarnya tidak ingin menjadi. Aku harus berperan seolah-olah aku mencintaimu lebih dari yang sebenarnya. Aku harus menekan perasaan sejatiku agar sesuai dengan skenario yang telah aku ciptakan. Ini adalah permainan yang sangat sulit, dan aku tahu kamu juga merasakannya. Kami berdua mengejar bayangan hubungan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Padahal hati kamu sendiri saja, kamu beri kepada orang yang tak punya hati. Ironis, bukan? Aku tahu kamu mencintai seseorang yang sama sekali tidak pantas mendapatkannya. Sementara itu, aku di sini, mencoba keras untuk mencintaimu, tetapi aku tahu itu tidak akan pernah menjadi cinta sejati. Aku tahu bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksa atau diciptakan. Itu harus datang dengan sendirinya, tumbuh tanpa paksaan.
Kalau dari awal memang hanya ingin berteman, harusnya kamu bisa bilang. Ini adalah hal yang mungkin paling sulit diakui. Seringkali, ketika seseorang tertarik pada seseorang yang hanya ingin berteman, mereka akan mencari tanda-tanda bahwa perasaan itu bisa berubah. Mereka akan menafsirkan setiap tindakan, setiap kata, sebagai tanda bahwa ada sesuatu di antara mereka. Dan itu adalah siksaan yang tidak perlu.
Aku tahu bahwa kamu tidak ingin membuatku terluka, dan aku tahu kamu ingin menjaga persahabatan kita. Tapi dengan terus memberi harapan yang begitu menjanjikan, kamu sebenarnya hanya membuatnya semakin sulit bagiku untuk melepaskan harapan itu. Aku ingin tahu apakah kita bisa berteman tanpa membawa beban perasaan yang rumit. Aku ingin tahu apakah kita bisa kembali ke titik awal, di mana kita hanya teman.
Kamu tahu, dewasa itu bukan perihal usia, tapi tentang menghargai perasaan manusia. Kami berdua telah terlalu lama terjebak dalam permainan emosi yang tidak sehat. Kami berdua telah mengabaikan perasaan kita sendiri dan perasaan satu sama lain. Dan sekarang, kita harus belajar untuk menghargai perasaan itu.
Jadi, kalau memang tidak bisa, harusnya kamu bilang tidak bisa. Ini adalah pelajaran yang berharga bagi kita berdua. Kita harus belajar untuk berbicara tentang perasaan kita dengan jujur, tanpa takut akan konsekuensinya. Kita harus belajar untuk menghargai perasaan satu sama lain, bahkan jika itu berarti harus berpisah.
Maaf ya, yang ingin bahagia bukan hanya kamu saja. Aku juga ingin bahagia. Dan sekarang, aku tahu bahwa bahagia tidak akan datang jika kita terus bermain-main dengan perasaan satu sama lain. Aku berharap kita bisa belajar dari pengalaman ini dan menjadi lebih baik dalam berkomunikasi tentang perasaan kita di masa depan. Kita berdua pantas mendapatkan kebahagiaan yang sejati, bahkan jika itu berarti harus melalui jalan yang berbeda.
Jadi, inilah akhir dari monolog ini. Akhir dari permainan emosi yang rumit dan tidak sehat. Semoga kita bisa belajar dari pengalaman ini dan menjadi lebih baik di masa depan. Semoga kita bisa menemukan bahagia masing-masing, dan semoga kita tetap berteman meskipun jalan kita berbeda.